MESJID HIJAU

.
    Masjid Jam’iyyatul Islamiyah terletak persis di Jalan Depati Parbo No 69, Desa Lawang Agung, Kecamatan Sungaipenuh, Kota Otonom Sungaipenuh. Masjid itu dikenal dengan sebutan Masjid Hijau.
Wajar karena hampir seluruh bangunannya identik dengan warna hijau. Mulai dari empat kubah masjid, beberapa bagian dinding, dan karpet lantai berwarna hijau. Konon itu melambangkan suasana kesejukan dan kedamaian hati yang ada didalamnya.
Masjid itu didirikan sekitar tahun1990 secara swadaya jemaah organisasi JMI yang dipimpin Buya A Kharim Jamak serta dana partisipasi masyarakat setempat.Dan sejak didirikan sampai sekarang, masjid itu menjadi pusat pengajian sekaligus Wisata Rohani dari kelompok JMI.

Faisal Karim yang bertugas sebagai pengurus Masjid Hijau, menceritakan bahwa masjid bertingkat dua itu merupakan bukti sejarah lahirnya organisasi pengajian Islam JMI di Kerinci. Jam’iyyatul Islamiyah merupakan organisasi keagamaan yang hingga kini menyebar ke seluruh Indonesia bahkan merambah sampai luar negeri.
Dijelaskan, JMI didirikan pada tahun 1970 di Kerinci oleh Buya Kharim Jamak, warga Tanjung Rawang. Pada awal nya pengajian ini bernama Urwatul Wusto dimana  anggotanya masih sedikit dan hanya warga setempat saja. Setelah anggotanya banyak dan menyebar hingga pelosok Kerinci, namanya diubah menjadi Jam’iyyatul Islamiyah.

      Adapun Buya A Kharim Jamak  Bapak Pembina Tunggal JMI, menyebarkan ajaran agama Islam dengan ajaran pokok yang berdasarkan pada fardu ’ain atau Rukun Islam yang lima. Dia mulai menyebarkan agama mulai dari desa kelahirannya, Tanjung Rawang, lalu masuk ke daerah Muara Air Kumun dan beberapa daerah di Kerinci lainnya. JMI juga menyebar ke Sumatera Selatan dan sekarang berkembang di seluruh provinsi. Malah anggota JMI juga banyak di Malaysia, Singapura hingga Arab Saudi.

      Meskipun DPP JMI saat ini berpusat di Jakarta dengan ketua dr Aswin Rose,namun Kerinci yang merupakan DPD khusus JMI tetap menjadi daerah istimewa JMI. Di Kerinci, anggota JMI tersebar di 38 desa yang secara keseluruhan sudah berjumlah sekitar 5.000 orang lebih,” ungkap Faisal.

       Ajaran yang dibawa Buya A Kharim Jamak tidak berbeda jauh dari ajaran Islam umumnya. “Seperti salat lima waktu ,puasa,haji tetap dijalankan sebagaimana biasa nya,” ujarnya. Namun ditekankan  perihal "siapa diri sebenarnya diri pada tubuh sebatang"dan tak satupun yang menyimpang dari syariat Islam,” timpalnya.
                       Yang menjadi sorotan masyarakat pada JMI di Masjid Hijau yakni ketika datangnya bulan Zulhijjah atau Idul Adha, seluruh anggota JMI dari berbagai provinsi di seluruh Indonesia bahkan  luar negeri seperti Singapura, Malaysia, dan Arab Saudi, datang ke Masjid Hijau untuk Ziarah ke makam Buya A Kharim Jamak.
Saat itu anggota JMI berkumpul dan menginap selama dua hari di pemondokan Masjid Hijau yang berada di sebelah kanan-kiri masjid. Para anggota JMI juga mengadakan jamuan makan bersama seusai shalat Ied dan pemotongan hewan Qurban."Ibu-ibu anggota JMI yang masak bersama di situ,” ungkap Faisal Karim.

         Jadi kegiatan ziarah dan menginap di Masjid Hijau inilah yang disalah artikan sebagian ummat yang lantas menuding kalau di Masjid Hijau itu telah dilaksanakan ibadah haji. Padahal kenyataannya tidak benar sama sekali. Ajaran JMI tetap mewajibkan haji ke Baitullah sesuai pokok ajaran Buya A Kharim Jamak, yakni rukun Islam kelima  naik haji ke Mekkah bagi yang mampu.(*)
                                    Piagam Penghargaan DR. H. Aswin Rose – 2010


Ceramah Agama pada acara Perayaan Memperingati Tahun Baru Islam 1431 H yang diikuti dengan Dialog Intelektual Islam bertempat di kediaman Bapak Mohd. Hafidz bin Ibrahim, no 1, Jalan 20/ 144A, Taman Bukit Cheras Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 16 January 2010 yang turut dihadiri dan memerikan saran antara lain Prof. DR. H. Bachtiar Fanani Lubis, SP.PD, Prof. DR. H. Mohd. Hatta, MA, Prof. DR. H. Samsul Nizar, MA, DR. H. Zainul Fuad, MA, Drs. H. Suhayib Syam, MA, Prof. DR. Amiur Nuruddin, MA, Prof. DR. H. Almasdi Syahza, SE, MP, Prof. DR. H. Alaidin Koto, MA, Drs. Evi Brata, MSi dan DR. H. Syarif Satimen, M.Ag.

Narasumber dengan tema Visi, Misi & Strategy Jam’iyyatul Islamiyah dalam membangun Ukhuwah Islamiyah dilanjutkan dengan Silaturrahim dan Dialog yang dihadiri 54 Ormas Islam Sumatera Selatan dengan tema “Memperkuat Ukhuwah Islamiyah Menuju Terciptanya Izzul Islam Wal Muslimin” yang dilaksanakan pada Sabtu, 6 February 2010 bertempat di Graha Bina Praja (Auditorium Pemda Prov Sumatera Selatan) yang dihadiri oleh Umat Islam diantarnya adalah Gubernur Sumatera Selatan – Ir. H. Alex Noerdin, SH dan Sekretaris Umum MUI Pusat – Drs. H. Ichwan Syam.

Narasumber dengan tema Visi, Misi & Strategy Jam’iyyatul Islamiyah dalam membangun Ukhuwah Islamiyah dilanjutkan dengan Silaturrahim dan Dialog yang dihadiri 54 Ormas Islam Sumatera Selatan dengan tema “Memperkuat Ukhuwah Islamiyah Menuju Terciptanya Izzul Islam Wal Muslimin” yang dilaksanakan pada Sabtu, 6 February 2010 bertempat di Graha Bina Praja (Auditorium Pemda Prov Sumatera Selatan).

Narasumber pada acara Silaturrahim, Ceramah Agama dan Dialog dengan tema “Perkembangan Dan Masalah Yang Di hadapi Kaum Muslimin Sekaligus Mengenal Lebih Dekat Jam’iyyatul Islamiyah” bertempat di Convention Centre – Abadi Suite Hotel & Tower Jambi pada tanggal 7 February 2010 yang dihadiri oleh Umat Islam yang diantaranya adalah Ketua Umum MUI Prov Jambi – Prof. Dr. H. Sulaiman Abdullah, Dosen FKIP Universitas Jambi – Prof. Dr. H. Khairinal, M.Si, Pembantu Dekan I Fak. Adab IAIN STS Jambi – Dr. M. Yusuf, M, Ed, Staf Ahli Gubernur Prov Jambi – Dr. Said Syech, SE, MS.

Ceramah Agama dengan tema “Membangun Tradisi Hikmah Menguak Pilar Jati Diri” kepada Pejabat Eselon II dan III di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Kubu Raya yang diselenggarakan di hotel Dangau, Sungai Raya Kabupaten Kubu raya tanggal 12 February 2010.

Narasumber pada acara Temu Akademisi Internasional dengan tema “Membangun Tradisi Hikmah Menguak Pilar Jati Diri” kepada para Akademisi STAIN Pontianak, Universitas Tanjungpura, UIN Malang, IAIN Raden Intan Lampung, UIN Bandung, STAIN Palangkaraya, STAI Al-Haud dan Utusan Perwakilan dari Kuala Lumpur yang diselenggarakan di STAIN Pontianak pada tanggal 13 february 2010.

Ceramah Agama pada acara Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW 1431 H Tingkat Kabupaten Gorontalo yang diselenggarakan pada hari Senin, 1 Maret 2010 bertempat di Pelataran Rumah Dinas Bupati Gorontalo yang dihadiri oleh Umat Islam yang diantaranya adalah Bupati Gorontalo – Drs. H. David Bobihoe Akib, MSc, MM, Ketua Tanfidzyah NU Kab. Gorontalo – Drs. H. Yusuf Mopangga, M.Pd, Tokoh/ Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Gorontalo – Drs. H. Syamsuddin Tuli, Pimpinan Wilayah Syarikat Islam Provinsi Gorontalo – Drs. H. Syamsuddin Noho dan Rektor STAIN Gorontalo – Prof. Dr. H. Muhammadiyah Amin, M.Ag.

Narasumber pada acara Temu Akademisi Internasional dengan tema “Menghadirkan Cahaya Tuhan Di Bumi Allah, Dalam Rangka Mengembalikan Hakikat Agama Yang Telah Hilang Sebagai Pesan Islam Yang Terabaikan” yang diselenggarakan di Baruga Sangiaseri Rumah Jabatan Gubernur Sulsel pada tanggal 3 Maret 2010 yang dihadiri oleh Umat Islam yang diantaranya adalah Gubernur Sulawesi Selatan – DR. H. Syahrul Yasin Limpo SH, Msi, MH, Rektor UIN Alauddin Makassar – Prof. DR. Azhar Arsyad, M.A, MUI Prov. Sulawesi Selatan – Prof. Dr. H. Abd. Rahim Yunus M.A dan Kakanwil Agama Sulsel – Drs. H. Bahri Mapiasse, M.Ag.

5000 jemaah JI peringati Maulid Nabi di Gedung Nasional,Kerinci

KERINCI - Sekitar lima ribu jamaah Jam’iyyatul Islamiyah (JI) berasal dari berbagai kabupaten/kota se- Indonesia memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW tahun 1430 H/2009. Acara digelar di Gedung Nasional-Kota Sei Penuh,Snin (9/3). Para jemaah dan undangan memadati Gedung Nasional sampai ke pelataran parkir,bahkan sampai memenuhi jalan raya depan gedung tersebut.
Hadir juga Bupati Kerinci H Murasman, Wakil Bupati M Rahman, Wali Kota Sungai Penuh, Masril Muhammad, unsur Muspida, Rizal Djalil anggota DPR RI dan sejumlah undangan lainnya.
Ketua Umum DPP Jam’iyyatul Islamiyah dr Aswin Rose dihadapan jemaahnya dan undangan mengutip apa yang dikatakan penyair Kerinci yang mengatakan ‘Kerinci sekepal tanah surga yang dicampakkan ke bumi’. Kata dia, bukan tanah surga yang dicampakkan ke Kerinci, tapi orang Sungai Penuh yang ‘Sakti’.
”Terang cahaya lampu bukan dilihat dari dekat tapi jelas tampak dari jauh. Cahaya itu ditangkap oleh orang DKI Jakarta,” kata Aswin berfilosofi.
Lebih jelas Aswin mengatakan, cahaya terang itu berasal dari pendiri Jam’iyyatul Islamiyah, Almarhum Buya H Karim Djamak yang merupakan orang Kota Sungai Penuh. Tetapi yang memperoleh ilmu beliau adalah orang luar Sungai Penuh.

dr.Aswin menegaskan lagi, tidak benar kalau jemaah Jam’iyyatul Islamiyah menunaikan haji cukup ke Sungai Penuh. ”Sama dengan muslim lainnya, kami juga naik haji ke Mekah Al Mukaramah,” katanya.

Disamping itu, Masril, Walkot Sungai Penuh dan Murasman Bupati Kerinci juga sangat mendukung kegiatan yang dilakukan oleh jemaah JI. Bahkan Bupati mengatakan, akan mendukung sepenuhnya kegiatan yang bersifat organisasi demi kemajuan JI kedepan. Contohnya, Pemda Kerinci akan menyediakan fasilitas untuk pengembangan wisata rohani islam. “Kita mendukung segala kegiatan JI yang berkaitan dengan organisasi,” kata Murasman.

Hoesny Hasan, Ketua LKAAK (Lembaga Kerapatan Adat Alam Kerinci) bahkan merasa beryukur dan mendapat kehormatan dapat mengikuti acara ini. Karena menurutnya, JI tidak ada bedanya dengan jemaah islam lainnya. “Saya mendukung sekali langkah-langkah besar dilaksanakan JI,” ungkap Hoesny.

Organisasi JI didirikan pada tahun 1971. Pengajian ini berkembang dibawah tekanan-tekanan, hingga meninggalnya pendiri utama JI almarhum H. Karim Djamak. Hingga kini dibawah pimpinan dr H Aswin Rose, terus maju memperbaiki akhlak umat.

Sebelumnya Aswin Rose mengatakan, tidak ada yang paling berharga di dunia ini kecuali salat...shadaqallahul'azhiim.

Langkah yang tersesat

Berbuat sesuatu yang sia-sia dan meluangkan waktu untuk hal-hal yang tak berguna adalah perbuatan yang sangat yang sangat merugi . Sesungguhnya hal itu..sangat dibenci ALLAH dan suatu sikap yang berpaling dari rahmat serta keluasan ilahi. Allah Ta’ala berfirman dalam al-qur'anulkarim “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam golongan orang-orang yang buta". Berkatalah ia:"Ya Rabbku!...mengapa Engkau menghimpun aku dalam keadaan buta, padahal dahulunya aku seorang yang melihat".Lantas Allah berfirman: "Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami tetapi kamu melupakannya dan begitu(pula) pada hari ini pun kamu dilupakan". Dan demikanlah Kami membalas orang-orang yang melampaui batas dan tidak percaya terhadap ayat-ayat Rabbnya.Sesungguhnya..azab di akhirat itu lebih pedih serta kekal didalamnya”. (Thaha: 124-127)

"Ketika kau merasa letih dalam melakukan kebaikan maka sungguh keletihan akan segera sirna dan kebaikannya akan abadi. Sekiranya kau merasa bahagia melakukan dosa dan maksiat, ketahuilah bahwa kebahagiaannya akan segera sirna padahal dosa dan kemaksiatannya akan abadi." (Ali bin Abi Thalib ra)

                                  Apa dan siapapun Kamu....
Jangan terlalu bangga dengan pakaian bagus karena sesungguhnya..pakaian yang baik itu.... hanya BAGI ALLAH.Dan sesungguhnya pakaian terakhirmu...hanya "tak lebih" sehelai kain kafan.
Jangan bangga dengan gelar mu karena sesungguhnya predikat itu..hanya BAGI ALLAH dan sesungguhnya pula, gelar terakhirmu bukan Ir,Dr,Prof,dll..tapi tak lain .....Almarhum .

MAKMUM

Bismillahirrahmaanirrahim,
Dalam artikel ini, saya hendak berbagi ilmu tentang risalah makmum.
Namun jikalau terdapat banyak kekurangannya, saya mohon arahan dari pembaca dan kepada ALLAH SWT saya mohon petunjukNYA slalu.
Yang dimaksud dengan makmum adalah jama’ah (pengikut) yang gerakannya mengikuti imam. Dengan kata lain, makmum merupakan bagian dari sholat berjama’ah. Tanpa adanya makmum maka hubungan tersebut tidak dapat dikatakan berjama’ah.
Sholat berjama’ah merupakan hal yg SANGAT DIANJURKAN, sebagaimana hadits Rasulullah SAW menganjurkan:
a) “Hai manusia, berhubunganlah kamu di rumahmu masing-masing,sesungguhnya sebaik-baik hubungan adalah hubungan seseorang di rumahnya, kecuali sholat lima waktu.” (HR Bukhari dan Muslim)
b) “Janganlah kamu larang wanita-wanita ke masjid, walau rumah mereka lebih baik bagi mereka buat beribadah.” (HR Abu Daud)
c) Abdullah bin Umar r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Shalat berjamaah itu melebihi shalat sendirian dengan dua puluh tujuh darjah.”
d) Abu Said al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Nabi saw. bersabda, “Shalat berjamaah itu melebihi shalat sendirian dua puluh lima darjah.”
Dari hadits di atas, sholat berjama’ah tidak hanya dianjurkan untuk kaum laki-laki, tapi juga bagi perempuan.

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan makmum:
1. Berniat.
Seorang makmum mesti berniat menjadi makmum dan apabila dia berniat menjadi imam, sementara kondisinya dia adalah makmum, maka bisa dikatakan tidak sah sholatnya.
2. WAJIB mengikuti gerakan imam.
Hal ini berlaku juga bagi makmum yang terlambat (masbuq) sesuai dalam hadits berikut,“Imam itu dijadikan hanyalah semata-mata agar diikuti. Apabila ia sudah takbir, bertakbirlah kamu; apabila dia ruku, rukulah kamu; apabila dia sujud, sujudlah kamu. Apabila dia shalat dengan berdiri, shalatlah kamu dengan berdiri.” (HR Bukhari)
Terkait dengan dalil ini, maka menurut pendapat (penafsiran) pribadi, saya beranggapan seorang makmum mesti mengikuti gerakan imam, selama gerakan imam tersebut tidak menyalahi ketentuan/rukun sholat. Dengan demikian, jika seorang makmum tidak mengikuti gerakan imam (dia memisahkan diri dari imam yg dia ikuti), maka makmum tersebut ‘batal’ menjadi makmum dan dia dianggap sholat sendirian.
3. Dilarang mendahului imam.
Perhatikan hadits berikut dari Anas r.a, Rasulullah SAW berkata,”Hai manusia, sesungguhnya aku ini imam bagi kamu, maka janganlah kamu mendahului aku waktu ruku’, sujud, berdiri, duduk, dan salam.” (HR Ahmad dan Muslim)
Begitu juga dalam hadits lain disebutkan dari Abi Hurairah r.a, katanya telah bersabda Rasulullah SAW,”Apakah seseorang tidak takut apabila ia mengangkat kepalanya dan ALLAH akan mengubah kepalanya menjadi kepala himar (keledai)disebabkan semata-mata ia mendahului imam.
Agar seorang makmum tidak dianggap mendahului imam, hendaknya makmum jangan melakukan gerakan sampai imam selesai melakukan gerakan.
Sebagai contoh saat takbiratul ihram,setelah imam mengucapkan “ALLAAAHU AKBAR” maka saat itulah makmum baru dapat bergerak mengikuti gerakan imam.
Ditemukan juga didalam hadits yang lain dari Abdullah bin Yazid bahwa Al-Barra’ memberitahukan kepadaku, sedangkan dia bukan seorang pendusta, bahwa Rasulullah mengucapkan, ‘Sami’allahu liman hamidah’, maka tidak ada seorang pun di antara kami yang membengkokkan punggungnya sehingga Nabi sujud. Kemudian sesudah itu kami turun untuk sujud.’”
4. Susunan makmum.
Susunan makmum yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:
- Makmum laki-laki berdiri di belakang imam.
- Makmum anak kecil (laki-laki) berdiri di belakang makmum laki-laki.
- Makmum perempuan (dewasa ataupun anak kecil) berdiri di sebelah belakang makmum anak kecl laki-laki.
Sebagaimana didalam riwayat hadits ditemukan risalah tentang struktur makmum ini yang berbunyi sebagai berikut,”Nabi pernah mengatur barisan laki-laki dewasa di depan barisan anak-anak, dan barisan perempuan di belakang barisan anak-anak”(Al Hadits).
5.Mendengarkan bacaan imam.
“Barangsiapa mengikuti imam, maka bacaan imam itu (menjadi) bacaan baginya”(Hadits). Risalah tentang mendengarkan tertulis pada sebuah Hadits yang berbunyi,”Dijadikan imam itu hanya untuk diturut. Karenanya, apabila ia takbir maka hendaklah kamu takbir dan apabila ia membaca (Al Qur’an pada saat sholat), hendaklah kamu diam (mendengarkan)” (HR Ahmad).
6. Pengungkapan amin.
Apabila imam selesai membaca Al Fatihah, diwajibkan atas makmum menutupnya dengan amiin. Pembaca mungkin pernah mendengar atau menemukan didalam Hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Apabila imam selesai mengucapkan, ‘Ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaalliin maka ucapkanlah"Amin.’ Karena sesungguhnya orang yang bacaannya bersamaan dengan malaikat, maka diampunilah dosanya yang telah lalu.”
Dalam hadits di atas juga disebutkan, sebaiknya ungkapan amin diucapkan bersama-sama dengan imam, karena dosanya akan diampuni, sebagaimana hadits berikut dari Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Apabila imam membaca amin maka bacalah amin olehmu karena malaikat juga mengucapkan amin. Sesungguhnya barangsiapa yang bacaan aminnya bersamaan dengan AMIINnya malaikat, maka diampuni dosanya yang telah lampau”.
7.Tidak boleh terpisah dari imam.
Risalah tentang materi diatas, sedikitnya ada 2 pendapat yang mengemuka;
a) Makmum harus bisa melihat imam
Maksudnya..sejauh-jauh mata memandang,imam dapat terlihat ditempat makmum berdiri.
b) Makmum cukup hanya mendengar imam
Sebagaimana dalam Hadits dari Abu Mijlaz,“Boleh seseorang bermakmum kepada imam, meskipun di antara keduanya terdapat jalan atau dinding pemisah asalkan dia dapat mendengar takbir imam”.
8. Makmum laki-laki TIDAK BOLEH berimam kepada imam perempuan.
Didalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Ibnu Majjah terungkap,“Jangan jadikan IMAMmu..perempuan, sedangkan makmumnya laki-laki”(HR Ibnu Majah).
Barangkali pembaca pernah mendengar sebuah kasus di New York beberapa tahun lalu, ketika ada seorang muslimah yg menjadi imam sholat dan diantara makmumnya laki-laki. Belakangan diketahui bahwa muslimah tersebut adalah aktivis gerakan feminisme yg beranggapan dalam dunia Islam, perempuan juga punya hak yg sama untuk mengimami laki-laki.
9.Merapatkan shaf
Hendaknya para makmum merapatkan shaf, karena shaf yg rapat merupakan keutamaan sholat. Dalil-dalil yg berkaitan dengan materi ini tertulis sebagai berikut:
- Nu’man bin Basyir berkata Rasulullah bersabda, ‘Sungguh kamu sekalian meluruskan shaf-shafmu atau Allah memalingkan antara muka muka kamu”.
- Anas r.a. berkata, “saat Iqamah dikumandangkan lalu Rasul menghadap kami seraya bersabda "Luruskanlah shaf-shaf kamu dan rapatkanlah, karena sesungguhnya aku melihatmu dari belakang punggungku". Salah seorang dari kami menempelkan pundaknya ke pundak kawannya, dan kakinya ke kaki kawannya.”
- Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Imam itu dijadikan untuk diikuti karena itu janganlah kamu menyalahinya. Apabila dia takbir maka bertakbirlah kamu,apabila dia ruku' maka ruku'lah kamu. Apabila dia membaca ‘Sami’allaahu liman hamidah’, maka bacalah ‘Rabbana wa lakal hamdu’. Apabila dia sujud maka sujudlah kamu. Apabila dia shalat dengan duduk, maka shalatlah kamu semua dengan duduk. Luruskan shaf(barisan)mu, sesungguhnya meluruskan shaf itu sebaik-baik shalat”.
- Anas mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Luruskanlah shaf kalian, karena meluruskan shaf itu termasuk kesempurnaan mendirikan shalat”.
Dalil lainnya adalah Nu’man bin Basyir berkata, “Aku melihat bahwa setiap orang di antara kami merapatkan mata kakinya dengan mata kaki sahabatnya.”
10. Posisi shaf yg utama. Posisi shaf yg utama bagi laki-laki adalah di depan,semakin didepan(dekat imam) maka semakin utama. Sementara bagi perempuan, shaf terbaik adalah di belakang.
Sesuai Hadits,“Sebaik-baik shaf (barisan) laki-laki itu di bagian depan, dan seburuk-buruknya di bagian belakang. Dan sebaik-baiknya shaf perempuan adalah di bagian belakang dan seburuk-buruknya di bagian depan”(HR Muslim).
Semoga artikel ini bermanfaat dan meningkatkan gairah kita (terutama kaum laki-laki) untuk sholat berjama’ah.
Akhirulkalam...wabillahi taufiq walhidayah wassalamu'alaikum WARAHMATULLAHI WABARAKATU. by -> The big family "ARFAN".

Virus Insani yang tiada henti

“Hindarilah sifat dengki karena ia akan memakan amalan kamu sebagaimana api melahap kayu yang kering itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Begitu indahnya hidup yang Allah anugerahkan,karena tak satu gerak hati dan fisik pun yang berujung sia-sia...semuanya bermakna.
Sungguh rugi mereka yang tak mampu memaknai indahnya hidup ini semata-mata dikarenakan...ada benci dalam hati.. musuh dalam diri..juga dengki yang tiba-tiba mendominasi.

Ada pembangkangan di balik dengki
         Sekilas, dengki menunjukkan ketidakberesan antara seseorang dengan orang-orang tertentu. Kesan itu sedemikian kuat terutama dari para pelaku dengki. Bahkan mungkin ia pun tak sadar kalau dirinya sedang dengki. Padahal, dengki bukan cuma urusan antar manusia. Melainkan juga dengan Allah swt.
Inilah yang tidak disadarai para pendengki. Tanpa sadar, orang yang dengki sebenarnya sedang menghujat sebuah kebijakan Yang Maha Bijaksana. Ia tidak puas dengan turunnya nikmat Allah kepada orang tertentu. Seolah ia ingin mengajukan protes kepada Allah swt., “kenapa mesti dia yang dapat nikmat..kok bukan saya!”
Rasulullah saw menggambarkan hal itu dalam sebuah hadits. “Sesungguhnya pada nikmat Allah Ta’ala itu terdapat musuh-musuh. Baginda ditanya, “Siapakah musuh-musuh itu, ya Rasulullah?” Baginda menjawab, “Mereka ialah orang-orang yang dengki terhadap orang lain atas anugerah yang diberikan oleh Allah.”
Jadi, seorang yang sedang dengki sebenarnya bukan sekadar melakukan kesalahan terhadap rekan, saudara, atau siapa pun yang ia kenal. Saat dengki itu mulai berkobar, ia sebenarnya sedang melakukan pembangkangan terhadap kebijakan Allah swt.

Ada risau yang tak putus bersama dengki
    Salah satu kunci bahagia sebuah kehidupan adalah lahirnya ketenangan dalam hati. Ketenangan inilah yang menjadikan aliran darah normal. Jantung tidak memompa secara mendadak. Dari situ, pikiran terasa segar, fisik tak lagi sibuk melawan bermacam penyakit. Dan inilah ciri khas pribadi seorang mukmin. “(yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” [QS. Ar-Ra'd: (13) 28]
Namun, ketika dengki menelusup ke hati, suasana menjadi lain. Ada hembusan panas yang tiba-tiba mengepung hati. Seorang ulama hadits seperti Abu Laits pernah mengatakan, “Tiada sesuatu yang lebih jahat daripada dengki. Seorang pendengki akan terkena lima bencana sebelum dengkinya berhasil, yaitu risau hati yang tak putus-putus, musibah yang tidak berpahala, tercela yang tidak baik, dan murka Allah swt.”
       Seorang hamba Allah, sebenarnya sudah teramat sibuk dengan urusan pribadinya. Bisa urusan keimanan, kesehatan, pendidikan, ekonomi, dakwah, keluarga, dan umat. Semua urusan itu silih berganti menguras perhatian dan kesibukannya. Bayangkan, jika urusan pribadi itu ditambah dengan dengki. Terlebih jika dengki yang lahir tidak pada satu orang. Tapi pada beberapa orang. Tentu akan ada beban yang teramat berat buat pikiran dan emosi pendengki. Dan beban itu akan menumpukkan kegelisahan yang tak pernah habis.

Ada kesia-siaan setelah dengki
          Setiap hamba Allah menginginkan semua amalnya bernilai tinggi. Ada tabungan pahala buat hari pembalasan. Tapi tak semua hamba Allah menyadari kalau suatu saat amalnya berkurang drastis dengan satu sebab. Dan sebab itu adalah kesibukan dengki yang tak pernah usai.
Rasulullah saw mengingatkan hal ini dalam haditsnya. “Hindarilah sifat dengki kerana ia akan memakan amalan kamu sebagaimana api memakan kayu yang kering.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ada kesia-siaan yang didapat dari pendengki.
        Tanpa sadar, amalnya terus berkurang dan berkurang sejalan dengan kedengkiannya. Pengorbanannya dalam jalan dakwah menjadi tak berarti. Susah payah ibadahnya menjadi tak berpahala...Nau’dzubillah.

Ada hawa permusuhan dalam dengki
         Ada ciri khusus seorang mukmin dalam interaksinya dengan sesama mukmin. Itulah yang digambarkan Rasulullah saw. dalam sebuah hadits. Beliau saw. bersabda, “Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia mencintai segala sesuatu bagi saudaranya yang dia cintai bagi dirinya.” (HR. Al-Bukhari)
Kadang, ciri tersebut hilang bersamaan dengan munculnya dengki. Ia tak lagi sadar bahwa seorang mukmin punya ciri cinta. Kurang dari itu, ia tak lagi pantas menyandang posisi istimewa sebagai orang yang beriman.
      Dengki bukan hanya melepas jalinan cinta antara sesama mukmin..namun juga memunculkan hawa permusuhan,ada jarak batin ketika dua hamba Allah yang dijangkiti dengki itu bertemu. Tatapan menjadi penelusuran sebuah kecurigaan. Dan senyum menjadi basa-basi hambar.
     Bahkan, panasnya permusuhan sudah sangat terasa hanya karena nama orang yang didengki disebut orang. Terlebih ketika penyebutan berkenaan dengan keistimewaan atau kemuliaan. Dengki langsung menggiring hati dan pikiran secara optimal mengolah reaksi. Saat itu, tak ada setitik kebaikan pun terlihat dari kacamata dengki...semuanya buruk.

"Alangkah indahnya hidup tanpa dengki..kala siang menggairahkan fisik untuk giat berkarya... malam menenteramkan hati untuk lelap beristirahat. Sungguh indah nasihat Rasulullah saw. buat generasi penerusnya. “Janganlah kalian saling mendengki, saling menfitnah (untuk suatu persaingan yang tidak sehat), saling membenci, saling memusuhi dan jangan pula saling menelikung transaksi orang lain. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslimnya yang lain, ia tidak menzhaliminya, tidak mempermalukannya, tidak mendustakannya, dan tidak pula melecehkannya. Takwa tempatnya adalah di sini –seraya Nabi saw. menunjuk ke dadanya tiga kali.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah r.a.)